KERJASAMA PERTAHANAN TAIWAN - AMARIKA SERIKAT MENGHADAPI KEBIJAKAN LUAR NEGERI TIONGKOK ONE CHINA POLICY 2018-2023

Abstract

Hubungan kerja sama pertahanan antara Taiwan dan Amerika Serikat telah menjadi salah satu elemen kunci dalam dinamika geopolitik Asia Timur, terutama dalam konteks kebijakan luar negeri Tiongkok yang dikenal sebagai "One China Policy." Kebijakan ini, yang menegaskan bahwa Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari Tiongkok, telah mendorong Tiongkok untuk mengambil berbagai langkah untuk mengisolasi Taiwan di panggung internasional dan memperkuat klaim kedaulatannya atas pulau tersebut. Sejak tahun 2018, ketegangan di kawasan meningkat seiring dengan semakin agresifnya tindakan Tiongkok, termasuk peningkatan aktivitas militer di sekitar Selat Taiwan dan kampanye diplomatik yang bertujuan mengurangi pengakuan internasional terhadap Taiwan. Dalam menghadapi ancaman ini, Taiwan telah meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat. Periode 2018 hingga 2023 ditandai dengan peningkatan penjualan senjata dari Amerika Serikat ke Taiwan, pelatihan militer bersama, dan penguatan kolaborasi strategis di berbagai bidang. Amerika Serikat, meskipun mengakui kebijakan "One China," tetap mempertahankan dukungannya terhadap Taiwan melalui Taiwan Relations Act, yang memungkinkan penyediaan bantuan pertahanan guna menjaga stabilitas di kawasan. Respon Tiongkok terhadap kerja sama ini sangat tegas, termasuk dengan meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan dan memperkuat kampanye diplomatik untuk mengisolasi Taiwan secara internasional. Ketegangan yang meningkat ini tidak hanya berdampak pada hubungan Amerika Serikat-Tiongkok tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan stabilitas regional dan global. Melalui analisis ini, dapat dipahami bahwa kerja sama pertahanan Taiwan-Amerika Serikat memiliki implikasi yang luas terhadap dinamika keamanan di Asia Timur dan berpotensi mempengaruhi tatanan internasional dalam jangka panjang.