QUO VADIS HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA

Tantangan dan Hambatan Membangun Kerjasama Politik dan Ekonomi

  • Yovinus Yovinus

Abstract

Hubungan  bilateral  Indonesia  –  Malaysia  seringkali  mengalami  pasang  surut, yang artinya adalah beberapa kali terjadi ketegangan diplomatik antara kedua negara serumpun dan bertetangga ini. Isu dan kasus terakhir yang menjadi titik terendah dari hubungan kedua negara terutama terkait dengan kasus sengketa wilayah yang nyaris membawa  keduanya  terlibat  kembali  dalam  konfrontasi  ketika  Pulau  Sipadan  dan Ligitan  diklaim  secara sepihak  oleh pihak Malaysia,  dan akhirnya  masalah  tersebut dibawa ke sidang mahkamah internasional di Den Haag Belanda Tanggal 17 Desember 2002. Keputusan tersebut tentu saja menimbulkan kekecewaan mendalam di pihak Indonesia, karena   disinyalir   putusan   tersebut   tidak  didasari   oleh  fakta  historis, sosiologis dan administratif.  Kasus tersebut menjadi catatan diplomatik penting bagi Indonesia,   karena  kenyataan   yang  harus  diterima  adalah  bahwa  Malaysia   telah memiliki kemampuan diplomasi jauh di atas Indonesia. Hal tersebut terbukti dari 17 Hakim  dalam  persidangan,  16 di antaranya  menyetujui  bahwa  Sipadan  dan Ligitan adalah  milik  Malaysia,  dan  hanya  1  orang  yang  menyatakan  bahwa  kedua  Pulau tersebut milik Indonesia.

Kasus tersebut di atas menjadi dasar dari analisis dalam penelitian ini, dimana sesudahnya   resistensi   dan   sensitivitas   sebagian   masyarakat   Indonesia   terhadap Malaysia menjadi meningkat. Hal ini tentu saja mempengaruhi  hubungan diplomatik kedua negara. Meski demikian posisi Indonesia tetap sulit, karena ada hal lain yang mesti juga menjadi pertimbangan  jika masalah diplomatik kedua negara tidak segera dicari jalan penyelesaiannya. Hal tersebut adalah tingginya angka pekerja migran Indonesia yang mencari nafkah dan bekerja di Malaysia. Pertimbangan politis dan ekonomi  tersebut  yang  memaksa  pemerintah  Indonesia  untuk  mencari  solusi  dan meredam kemaraham publik Indonesia atas sengketa batas wilayah yang   akan mempengaruhi  nasib  jutaan  pekerja  migran  asal  Indonesia  di  Malaysia  jika  terjadi konflik  politik  ataupun  militer  antar  kedua  negara.  Penelitian  ini  dilakukan  dengan metode studi kasus dan diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan publik dan akademik   tentang   sikap   politik   pemerintah   Malaysia   terhadap   pihak   Indonesia. Penelitian  ini penting  untuk dilakukan  mengingat  agresivitas  Malaysia  di wilayah  – wilayah perbatasan darat maupun lautan tetap saja terjadi meskipun masih dalam intensitas kecil.

References

Pujayanti, Adirini. 2015. Arah Hubungan Bilateral Indonesia – Malaysia di Masa Pemerintahan Presiden Jokowi. Jakarta : Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR-RI.

Djafar, Zainuddin. 2006. Hubungan Indonesia – Malaysia: Memerlukan Perspektif dan
Kebijakan Baru. Jurnal Hukum Internasional

Irdayanti. 2013. Penguatan Hubungan Kerjasama Indonesia – Malaysia Dalam
Menangani Kejahatan Transnasional. Jurnal Transnasional, Vol. 5 No.1, Juli
2013.

Nugrahaningsih, Nurfitri. 2015. Kerjasama Bilateral Indonesia – Malaysia: Studi Tentang Sosek Malindo dalam Pembangunan Pos Pemeriksaan Lintas Batas di Jagoi Babang Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Jurnal Sosiohumaniora, Volume 17 N0.2 Juli 2015: 149 - 155
Published
2018-08-16
How to Cite
Yovinus, Y. (2018). QUO VADIS HUBUNGAN BILATERAL INDONESIA – MALAYSIA. Jurnal Academia Praja, 1(02), 141-153. https://doi.org/https://doi.org/10.36859/jap.v1i02.70